ABSTRAK
Makalah ini berisikan tentang konsep,
hakikat, dan karakteristik pendidikkan IPS. Dalam konsep pendidikan IPS terdapat berbagai istilah antara lain Ilmu Sosial
(Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah
berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial atau berbagai bidang
keilmuan Ilmu Sosial.
Pada pembelajaran IPS ini
ditegaskan bahwa pembelajaran IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan
pengetahuan para peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus
dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab
terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan
negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam IPS tersebut yaitu, nilai edukatif,
nilai praktis, nilai teoretis, dan nilai ketuhanan.
Karakteristik konsep dasar
IPS meliputi beberapa aspek yaitu memberikan berbagai pengertian yang mendasar,
melatih berbagai keterampilan dan mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan.
Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya
pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab
permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di
Sekolah Dasar maupun Lanjutan. Krakteristik pendidikan IPS juga dapat dilihat
dari materi dan strategi penyampaiannya. Dengan memahami konsep, hakikat, dan
karakteristik pendidikan IPS dapat mengerti akan pentingnya Ilmu Pengetahuan
Sosial dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat membentuk warga negara yang
baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya dan dapat
hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat.
Kata kunci: konsep, hakikat, dan karakteristik
pendidikan IPS.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas terselesaikannya Makalah tentang Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS.
Kami menyusun ini sedemikian rupa agar kita
semua lebih memahami dan mendalami mengenai Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS. Kami menyusun materi ini dengan konsep yang
mudah dimengerti serta disajikan pula secara sistematis.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada Dr. M.
Busyairi.AS,SH.,M.Pd selaku tutor kami yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
kritik dan saran perbaikan kepada kami, sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan tugas-tugas di masa mendatang.
Kediri, November 2010
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang
konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan mempelajari materi
Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang
berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara
kritis dan kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin
yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang
digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web).
Sebagai calon guru SD hendaknya menguasai
materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk membantu menguasai materi tersebut
maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal pokok dan
latihan sebagai berikut :
1.
Konsep
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2.
Hakikat
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
3.
Karakteristik
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
B. TUJUAN
Setelah mempelajari materi Konsep Pendidikan
IPS, diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2. Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
3. Rasional
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di SD
4. Hakikat
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
5. Tujuan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
6.
Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
C. RUMUSAN
MASALAH
Adapun
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana
pengertian IPS dan konsep Pendidikan IPS?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di Indonesia?
3. Apakah hakikat
pendidikan atau pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
4. Apa tujuan
dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
5. Apa saja
Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
BAB
II
KONSEP
PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian
IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan
bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun
ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan
National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social
Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak
istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi
Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu
Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu
Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk
sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan
pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu
Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu
Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Studi Sosial (Social Studies).
Berbeda dengan
Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan
masalah social. Dalam kerangka kerja
pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk
bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi
(1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial
tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan
pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan kepada
disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner, dengan
menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu
rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika
dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau
dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi
Sosial tidak menekankan pada bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang
praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di
lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun
merupakan satu pengetahuan praktis dan dapat diajarkan pada tingkat
persekolahan, yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan
Tinggi.
Pendekatan yang digunakan
Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu
Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat
multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat
disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan
taraf yang lebih rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat
multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai
dimensi atau aspek kehidupan.
Studi Sosial sebagai bahan
pembelajaran karena sifatnya lebih mendasar dapat disajikan kepada tingkat yang
lebih rendah, sesuai dengan yang dikemukakan oleh John jaromelik (1977:3-4)
sebagai berikut:
Social studies has as its
particular mission the task of helping young people develop comptencies that
enable them to deal with, and to some extent manage, the physical and social
forces of the world in which they live. Such competencies make to possible for
pupils to shape their lives in harmony with those forces. Social studies
education should also provide young people with a feeling of hope in the future
and comfidence in their ability to solve social problems.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari
literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah
“Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun
1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga
ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan
ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for
Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the
integrated study of the science and humanities to promote civic competence.
Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic
study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural
sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop
the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as
citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi
batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary
Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari
berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal
ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B. Sejarah
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah
berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies.
Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby
(Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri
(abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi
tenaga mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social studies
dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena
situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat
terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk
asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan
dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang
multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang
saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang
berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk
menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang
multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi
yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras
untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan
social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun
1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi
Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang
perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan
sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir
merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu
Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social
Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para
pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan
sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik,
dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup
bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus
menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka
sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan
Pendidikan IPS SD.
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies
ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam
pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih
menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah,
bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan
atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta
lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami
karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran
yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS
ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan
Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi
kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI,
yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan
tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada
masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan
menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah
tersebut antara lain:
- Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
- Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
- Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
- Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
- Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan
kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan
kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan
dan kebutuhan setempat.
C. Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
1.
Mensistematisasikan
bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2. Lebih peka dan
tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3. Mempertinggi
rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada
kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI
sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi
Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebagai suatu mata
pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
antara lain:
1. Siapa diri saya?
2. Pada masyarakat apa saya berada?
3. Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan
diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok
masyarakat dan bangsa?
4. Apa artinya menjadi anggota masyarakat
bangsa dan dunia?
5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan
masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab
oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial
secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial
diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses
menuju kedewasaan.
BAB III
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
- Hakikat Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.
Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan
cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek
menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara
negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan
semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang
menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi,
secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca,
sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah
lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran
tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan
penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya Anda dapat mencermati contoh berikut
ini.
• Corak
kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan
laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu
kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini
disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih
tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau
Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.
• Dataran
rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas
permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh
iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan
sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan
sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah
semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian
lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
• Lain dengan
daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan
air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau
mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan
sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di
lembah pegunungan.
Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk
aspek politik
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah
kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak
aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1. hubungan
sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses,
faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu
sosiologi.
2. ekonomi:
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan
permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
3. psikologi:
dibahas dalam ilmu psikologi.
4. budaya:
dipelajari dalam ilmu antropologi.
5. sejarah: berhubungan
dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
6. geografi:
hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia
dipelajari dalam ilmu geografi.
7. politik:
berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
- Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka
telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama
manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas,
kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan
harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan
kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum
2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam
kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1. mengajarkan
konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan,
pedagogis, dan psikologis.
2. mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan social.
3. membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. meningkatkan
kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik
secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan
pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”
Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan
pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4)
keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk lebih
jelasnya akan dibahas satu persatu.
Pengetahuan dan
Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah
mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta
dan ide-ide kepada anak.
Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap
belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan
menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga
mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai
sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan
fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif.
Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar
nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula
sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku
guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap
anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai
praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan
pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia
diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan
tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya,
bagi pengembangan kini dan mendatang. Selanjutnya mari kita jelaskan satu per
satu tentang nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja
(1997), yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial
peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan kognitif disini tidak hanya
terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan
nalar sosial dan kemempuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah
sosial. Oleh karena itu, materi ang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan
hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat
masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
Dalam proses peningkatan
perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada
perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku
afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek kemanusiaan.
Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian,
dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Masalh sebagai fakta
sosial diprases melalui berbagai metode dan pendekatan sampai betul-betul
membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab peserta didik.
b. Nilai Praktis
Pembelajaran dan
pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti apabila tidak dapat diterapkan
secara praktis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dengan kata lain,
pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak memiliki makna yang baik, jika tidak
memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu jangan hanya
tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari
kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari lingkungan terkecil keluarga, di
pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai
praktis itu disesuaikan dengan tingkat usia
dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis
tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku
cerita, menghadapi permaslahan kehidupan sehari-hari sampai dengan pengetahuan
IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, pejabat daerah, dan
demikian selanjutnya. Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara
menarik, tidak terlepas dari kehidupn sehari-hari, dan secara langsung memiliki
nilai praktis serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup
hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan datang.
c. Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari
ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh
karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta
dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah
keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain-lainnya. Peserta didik
dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri
kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense
of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai
pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan
demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap
suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang
berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan berteori ini sangat
berguna serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina dan
dikembangkan.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup
IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan
peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat
atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan
kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadaran terhadap
keberadaannya tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing
terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan
kata lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat
ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput dari
jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang demikian sangat
berfaedah dalam kehidupan bermasyrakat, tidak luput dari perhatian pendidikan
IPS ini.
e. Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan
ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi
landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi
kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi
landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa yang
akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan semua selaku guru IPS
bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.
Keterampilan
dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan
alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah,
keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan
relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan.
BAB IV
KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS
Ruang lingkup IPS tidak
lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita
pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah,
geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara
langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial
yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataukah dengan kata
lain, aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok,
hubungan kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi
di masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.
Sebagai program pendidikan
IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar,
melatih berbagai keterampilan,, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan
agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
Ketiga aspek yang dikaji
dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian yang mendasar,
melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan)
merupakan karakteristik IPS sendiri.
Nu’man Somantri, yang
dikutip oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS
sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun
ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut.
a)
Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah
sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu),
serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
b)
Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c)
Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated
(berhubungan) sampai yang separated (terpisah).
d)
Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara,
fungsional, humanitis sampai yang struktural.
e)
Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
f)
Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor
saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient
dan citizenship quotient.
g)
Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program
pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science,
teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik lain yang
juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan
pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab
permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di
Sekolah Dasar maupun Lanjutan.
Pemilihan atau seleksi
konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun
harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori
Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara
lain berikut ini.
a.
Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus
konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya.
Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang berlainan
pula.
b.
Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang
bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c.
Mudah Dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan
contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal
oleh para peserta didik tersebut.
d.
Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat
lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat
pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS
yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dengan
keterlaksanaan proses pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer
atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami
oleh peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang
telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut
sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan kulminasi tadi,
merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan
pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai
pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan
strategi penyampaiannya.
1.
Materi IPS
Ada 5 macam
sumber materi IPS antara lain:
- Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
- Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
- Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
- Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
- Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2.
Strategi Penyampaian
Pembelajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian
besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan:
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan
dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode
keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun
kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok
dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota
keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik,
artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan
kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk
anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 :
42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap
bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh
perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada
disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar
lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak
memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin
mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah
selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap
hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat
dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya
pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada
sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan
kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD
(Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan
prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu,
hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain
dalam hal yang menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD
(Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis
sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12
tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu
belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang
tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
PENUTUP
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum
1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS
merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata
pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia
Pendidikan IPS penting
diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa
sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk
mengenal masyarakat siswa dapat beljar melalui media cetak, media elektronika,
maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap
untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori Alma, dan Harlasgunawan. (1987). Hakikat Dasar Studi Sosial. Bandung: Sinar Baru.
Cheppy, (tanpa tahun). Strategi Ilmu
Pengetahuan Sosial. Surabaya: Penerbit Karya Anda.
N. Daldjoeni. (1981). Dasar-dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru). Bandung:
Penerbit Alumni.
Nu’man Somantri, (Editor Edi Supriadi dan Rohmat Mulyana). (2001).
http://fitriawidie.blogspot.com/2012/10/hakikat-dan-karakteristik-konsep-dasar_5.html
No comments:
Post a Comment